Kamis, 07 Mei 2015

Hakikat Belajar dan Pembelajaran

     Dalam percakapan sehari-hari kita sering mendengar seorang ibu yang mengatakan bahwa anaknya sedang belajar berjalan atau sedang belajar berbicara. Atau seorang ibu yang kecewa karena walaupun anaknya sudah belajar semalaman tetapi hasil evaluasinya kurang memuaskan. Apakah kegiatan yang dilakukan anak-anak tersebut merupakan kegiatan belajar ?
     Apabila anda melihat seorang siswa sedang asyik membaca buku di perpustakaan atau sekelompok siswa sedang mengerjakan tugas kelompok, atau seorang siswa sedang memperhatikan penjelasan guru dengan serius, apakan anda beranggapan bahwa mereka sedang belajar ? Jawaban atas kedua pertanyaan tersebut bisa ia bisa juga tidak.
Untuk dapat menyatakan bahwa seseorang melakukan belajar atau tidak, kita perlu memahami tentang apa itu belajar dan apa ciri-ciri untuk menunjukkan bahwa orang tersebut belajar.

  Pengertian Belajar 

     Belajar sering diartikan sebagaipenambahan pengetahuan. pengertian ini masih banyak dianut di sekolah. Guru yang menerapkan pengertian ini dal pembelajarannya akan berusaha memberikan ilmu sebanyak-banyaknya kepada siswa. bahwa seringkali belajar disamakan dengan menghafal, seperti ibu yang kecewa karena nilai ujian anaknya yang kurang memuaskan padahal anaknya sudah belajar semalaman.
      Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Fontana. Menurut Fontana (1981) belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Seperti Fontana, Gegne (1985) juga menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses perubahan.  Learning is change in human disposilition or capability that persists over a period of time and is not simple ascribable to processes of growth (Gagne, 1985:hal 2). Pengertian ini senada dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh Bower dan Hilgard (1981) yaitu bahwa belajar mengacu pada perubahan perilaku atau perilaku potensi individu senagai hasil dari pengalaman dan perubahan tersebut tidak disebabkan oleh instink, ematangan,atau kelelahan dan kebiasaan.
Kita masih ingat bahwa “belajar” pernah dipandang sebagai proses penambahan pengetahuan. Bahkan pandangan ini mungkin hingga sekarang masih berlaku bagi sebagian orang di negeri ini. Akibatnya, “mengajar” pun dipandang sebagai proses penyampaian pengetahuan atau keterampilan dari seorang guru kepada siswanya.
Pandangan semacam itu tidak terlalu salah, akan tetapi masih sangat parsial, terlalu sempit, dan menjadikan siswa sebagai individu-individu yang pasif. Oleh sebab itu, pandangan tersebut perlu diletakkan pada perspektif yang lebih wajar sehingga ruang lingkup substansi belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan, nilai dan sikap.
Sebagai landasan pembahasan mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, berikut ini kami kemukakan beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli:
a.     Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975). “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang ( misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya ).”
b.    Gagne, dalam buku The conditions of Learning (1977). “ Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya ( performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”
c.    Witherington,dalam buku Educational Psychology. “ Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yan menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”
d.   Menurut Skinner (1985) memberikan definisi belajar adalah “Learning is a process of progressive behavior adaption”. Yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.
e.    Menurut Mc. Beach (Lih Bugelski 1956) memberikan definisi mengenai belajar. “Learning is a change performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa – bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan ( practice ).
f.     Menurut Morgan, dkk (1984) memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior which accurs as a result of practice or experience.” Yaitu bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan ( practice )atau karena pengalaman ( experience ).
g.    Dalam bukunya Walker “Conditioning and instrumental learning” (1967). Belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan orang dapat memperoleh, baik kebiasaan – kebiasaan yang buruk maupun kebiasaan yang baik.
h.    C.T. Morgan dalam introduction to psychology (1961). Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat / hasil dari pengalaman yang lalu.
i.      Sementara itu, Darsono (2000: 14) mengemukakan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu dengan yang lain, di antara individu dengan lingkungannya. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi dalam proses belajar. Perubahan tingkah laku seseorang terjadi akibat interaksi dengan orang lain. Proses belajar pada anak sangat dipengaruhi dari pihak keluarga, pergaulan sekolah, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
j.      Menurut Sujana (1988: 21) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
k.    “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan” (Ibrahim dan Syaodih, 1996 :3).
l.      Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.

    Dari definsi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang pentin yang merincikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa :
a.         Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b.        Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman : dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c.         Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lam periode waktu itu berlangsung sulit dtentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.
d.        Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: Perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah / berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Ciri-Ciri Belajar

Menurut pengertian-pengertian tersebut, belajar tidak hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh kemampuan  individu. Pengertian tersebut memusatkan pada tiga hal.
Pertama, belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor)

Kedua, perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku  yang terjadi pada perubahan  individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan. Interaksi ini bisa berupa interaksi fisik,  disamping itu, perubahan perilaku karena faktor kematangan  tidak termasuk belajar. Seorang anak tidak dapat belajar berbicara sampai cukup umurnya. Tetapi perkembangan kemampuan berbicaranya tergantung pada rangsangan dari lingkungan sekitar. Begitu pula dengan kemampuan berjalan.

Ketiga, perubahan tersebut relaif menetap. Perubahan perilaku akibat obat-obatan, minuman keras, dan lain sebagainya yang dapat dikategorikan sebagai perilaku hasil belajar. Seorang atlit dapat melakukan lompat galah melebihi rrekor orang lain karena minum obat tidak dikategorikan sebgai hassil belajar. Perubahan tersebut tidak bersifat menetap. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.

 Jenis-Jenis Belajar

Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Gagne mengemukakan delapan jenis belajar, antara lain adalah :
1.      Belajar Isyarat (Signal Learning)

Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum, kabur dan emosional. Menurut Krimble (1961) bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak sadar.
2.      Belajar Stimulus – respons ( Stimulus Respons Learning)
Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan emosional. Tipe belajar S – R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan S-R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itupun ikatan S-R. Jadi belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S-R bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.
3.      Belajar Rangkaian ( Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antar S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan, minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak-ibu.
4.      Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Suatu kalimat “unsur itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
5.      Belajar Diskriminasi ( Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, waktu, binatang, atau tumbuh-tumbuhan. 
6.      Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulan belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia, burung, ikan. Dapat pula digolongkan, manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau kebangsaan, suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi. 
7.      Belajar Aturan (Rule Learning)
Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama dengan 180 derajat. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining (rangkaian verbal), terutama jika aturan itu tidak diketahui artinya. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya.
8.      Belajar Pemecahan masalah ( Problem Solving Learning)
Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini merupakan pemikiran. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba (insight). Dengan ulangan-ulangan masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan sendiri-yang penyelesaiannya ditemukan sendiri- lebih mantap dan dapat ditransfer kepada situasi atau problem lain. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah lain.
Kedelapan jenis belajar di atas itu ada hirarkinya. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Untuk memecahkan masalah misalnya, perlu dikuasai sejumlah aturan yang relevan dan untuk menguasai aturan perlu dipakai semua konsep dalam aturan itu. Agar dikuasi konsep perlu kemampuan membuat perbedaan, dan agar dapat membuat perbedaan perlu dikuasai verbal chain, dan seterusnya.

Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan istilah baruyang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan mahasiswa. Sebelumnya, kita menggunakan istilah “proses belajar mengajar”. Istilah pembelajaranmerupakan terjemahan dari dari kata “instruction”. Meurut Gagne, Briggsdan Wager (1992), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Instuction is a set of event that affet learners is such a way that learning is facilitated. (Gagne, Briggs dan Wager, 1992, hal 3).
Kini lebih memilih istilah pembelajaran karena istilah pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Kalau kita menggunakan kata "pengajaran", kita membatasi diri hanya pada konteks tatap muka guru-siswa di dalam kelas. Sedangkan dalam istilah pembelajaran, interaksi siwa tidak dibatasi oleh kehadiran guru dan fisik. Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio, program televisi, atau media lainnya.
Tentu saja, guru memanikan peran penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajran. Degan demikian, pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran. Dari pengertian diatas, kita mengetahui bahwa ciri utama pembelajran adalah meningkatkan dan mendukung proses belajar siswa.
a.       UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
b.      Sudjana
Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.
c.       Dimyati dan Mudjiono
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
d.      Trianto
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.

Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.

 Ciri-Ciri Pembelajaran

Dari pengertian diatas, kita mengetahui bahwa, ciri utama pembelajaran adalah meningkatkan dan mendukung proses belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa unsur kesenjangan dari pihak diluar individu yang melakukan proses belajar merupakan ciri utama dari konsep pembelajaran. Perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar terjadi dengan sengaja. Disamping itu, ciri lain pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi tersebut terjadi antara siswa yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru, siswa lainnya, media dan atau sumber belajarnya. Ciri lain adalah adanya komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. Tujuan pembelajaran mangacu pada kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :
a.       Siswa
Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
b.      Guru        
Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
c.       Tujuan
Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
d.      Isi Pelajaran
Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
e.       Metode
Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.
f.       Media
Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.
g.      Evaluas
Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, struktur dan dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan meode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru yang bersangkutan, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa. Jadi semuanya itu akan menentukan terhadap struktur pembelajaran.
 Pengembangan Metode dan Teknik Pembelajaran Dalam perkembangan di dunia pendidikan Pengembangan Metode dan Teknik Pembelajaran sangat pesat dan para pakar pendidikan pun lebih giat memikirkan metode apa yang akan di gunakan dalam pembelajaran. Sesuai dengan cara penggunaannya, metode pembelajaran dikalangan pendidikan diantaranya:
1.      Metode ceramah, inti kegiatannya adalah memberikan orientasi atau penjelasan mengenai suatu definisi, pengertian, konsep, hukum, dan sejenisnya. Metode ceramah akan efektif apabila digabungkan dengan metode lainnya.
2.      Metode demonstrasi, yaitu pengajar melakukan peragaan suatu proses, suatu kerja, keterampilan tertentu, atau suatu penampilan, dihadapan pembelajar.Metode demonstrasi, terdiri atas metode demonstrasi pasif (pembelajar hanya mengamati) dan metode demonstrasi aktif (sebagian pembelajar mencoba mendemonstrasikan kembali). Penggunaan metode demonstrasi aktif dapat mempertinggi retensi dan metode ini sangat sesuai untuk mengajarkan ketrerampilan proses, penampilan, dan kerja.
3.      Metode diskusi, dapat diterapkan sebagai diskusi kelas atau kelompok. Diskusi akan lebih baik apabila dilakukan dalam kelompok. Dalam kegiatan diskusi menghasilkan interaksi antara siswa dengan siswa dan gguru dengan siswa
4.      Metode tutorial, lebih cenderung sebagai kegiatan melajar mandirii. Bahan ajar diberikan kepada pembelajar untuk dikembangkan. Selama melaksanakan pengembangan bahan ajar, pembelajar diberi kesempatan untuk konsultasi dengan pengajar.
5.      Metode simulasi, mewajibkan kepada pembelajar untuk melakukan simulasi tentang suatu peran, kegiatan khusus atau ,menggunakan simulator.
6.      Metode praktikum, menitikberatkan pada kegiatan untuk melakukan pengamatan, percobaan, pengumpulan data, yang dilakukan di laboratorium atau ditempat lain yang disamakan dengan laboratorium atau workshop.
7.      Metode proyek, pada umumnya sama dengan metode praktikum, akan tetapi pelaksanaannya memerlukan perencanaan (proposal) yang mencakup rancangan, penjadwalan, kebutuhan bahan, dan sebagainya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar